Budaya Mengantri
Well,
kali ini saya akan ngebahas salah satu budaya yang udah jarang banget saya
lihat di kehidupan sehari-hari pada zaman ini yaitu budaya MENGANTRI.
Sebenarnya bukan budaya sih, lebih pas dibilang sebagai kebiasaan, kenapa? Ya
karena kan kalau budaya itu harus jelas dari daerah mana budaya itu berasal,
gimana asal usulnya dan sebagainya, sedangkan mengantri itu hanya perilaku
manusia yang seharusnya sudah diajarkan sejak kecil, tidak memandang orang itu
berasal darimana, suku apa atau warna kulitnya apa. Tetapi, pada zaman sekarang
ini banyak orang yang tidak memegang teguh kebiasaan itu terutama ibu-ibu.
Kenapa ibu-ibu? Ya karena di pengalaman saya, mayoritas ibu-ibu yang tidak bisa
mengantri. Contohnya, waktu saya sedang mengantri di ATM datanglah ibu-ibu yang
dengan enaknya beliau langsung saja mau
masukin kartu ATM nya dan yang parah nya lagi, ibu-ibu itu adalah seorang PNS
(terlihat dari baju yang iya kenakan).
Oke, itu tadi adalah sebuah
“pemanasan” sedikit lah hehehe. Sebenernya saya ingin membahas tentang kacaunya
antrian di “JKT48 Theater” di mall fx-sudirman, kenapa harus di JKT48 Theater?
Ya karena saya fansnya dan hanya itu yang terlintas di fikiran saya sebelum
saya mau membuat tulisan ini. Ya balik lagi ke temanya, dibawah ini adalah
salah satu foto antrian tiket yang ingin menonton pertunjukkan JKT48.
Nah, terlihat
kan tuh bagaimana kacaunya antrian orang-orang yang ingin membeli tiket
pertujukkan. Malah sampai-sampai mengganggu orang lain yang ingin melewati
jalan tersebut, bahkan ada orang yang lebih baik plih jalan lain daripada
melewati tempat yang ramai itu padahal mereka harus menempuh jarak yang lebih
jauh.
Nah, kalo ini
adalah antrian ketika mau masuk ke dalam venue (maaf gambarnya sedikit jelek).
Pantaskah ini disebut antrian? Kalo menurut saya sih tidak pantas disebut
antrian, lebih cocok disebut kerumunan orang. Padahal, di depan sana ada
security yang bertugas untuk mengatur orang-orang tersebut agar bisa antri
dengan rapih, tapi kenyataannya? Nothing. Entah itu karena petugasnya yang
males ngatur, atau memang karena petugasnya udah capek ngatur orang-orang yang
begini. Sebenarnya sih, di depan sana juga sudah ada semacam papan nomor gitu
agar penontonnya bisa antri sesuai nomor yang ada di tiketnya. Tapi karena yang
tadi saya bilang, budaya/kebiasaan mengantri pada zaman sekarang ini sudah
mulai punah. Coba kita sebagai manusia bisa hidup seperti semut yang bisa
mengatri apapun itu keadaanya? Pasti enak kan? Jadi untuk kedepannya kita harus
belajar membiasakan diri mengingatkan orang lain untuk mengatri, entah itu
dirumah kek, di sekolah,tempat kerja, atapun samsat DKI. Karena kalo tidak kita
mulai dari diri sendiri, lalu dimulai dari diri siapa? Jadi kalo bukan kita
siapa lagi? Kalo bukan sekarang, kapan lagi? Hehehe
Oke tulisan saya
kali ini sampai sini aja, kalo kurang bagus yaa harap maklum karena ini kali
pertama saya membuat tulisan. Kritik dan saran saya harapkan untuk hal yang
lebih baik lagi. Jadi terima kasih :)