Minggu, 12 April 2015

Punah nya Budaya Mengantri



Budaya Mengantri
Well, kali ini saya akan ngebahas salah satu budaya yang udah jarang banget saya lihat di kehidupan sehari-hari pada zaman ini yaitu budaya MENGANTRI. Sebenarnya bukan budaya sih, lebih pas dibilang sebagai kebiasaan, kenapa? Ya karena kan kalau budaya itu harus jelas dari daerah mana budaya itu berasal, gimana asal usulnya dan sebagainya, sedangkan mengantri itu hanya perilaku manusia yang seharusnya sudah diajarkan sejak kecil, tidak memandang orang itu berasal darimana, suku apa atau warna kulitnya apa. Tetapi, pada zaman sekarang ini banyak orang yang tidak memegang teguh kebiasaan itu terutama ibu-ibu. Kenapa ibu-ibu? Ya karena di pengalaman saya, mayoritas ibu-ibu yang tidak bisa mengantri. Contohnya, waktu saya sedang mengantri di ATM datanglah ibu-ibu yang dengan enaknya beliau  langsung saja mau masukin kartu ATM nya dan yang parah nya lagi, ibu-ibu itu adalah seorang PNS (terlihat dari baju yang iya kenakan).
                Oke, itu tadi adalah sebuah “pemanasan” sedikit lah hehehe. Sebenernya saya ingin membahas tentang kacaunya antrian di “JKT48 Theater” di mall fx-sudirman, kenapa harus di JKT48 Theater? Ya karena saya fansnya dan hanya itu yang terlintas di fikiran saya sebelum saya mau membuat tulisan ini. Ya balik lagi ke temanya, dibawah ini adalah salah satu foto antrian tiket yang ingin menonton pertunjukkan JKT48.


Nah, terlihat kan tuh bagaimana kacaunya antrian orang-orang yang ingin membeli tiket pertujukkan. Malah sampai-sampai mengganggu orang lain yang ingin melewati jalan tersebut, bahkan ada orang yang lebih baik plih jalan lain daripada melewati tempat yang ramai itu padahal mereka harus menempuh jarak yang lebih jauh.


Nah, kalo ini adalah antrian ketika mau masuk ke dalam venue (maaf gambarnya sedikit jelek). Pantaskah ini disebut antrian? Kalo menurut saya sih tidak pantas disebut antrian, lebih cocok disebut kerumunan orang. Padahal, di depan sana ada security yang bertugas untuk mengatur orang-orang tersebut agar bisa antri dengan rapih, tapi kenyataannya? Nothing. Entah itu karena petugasnya yang males ngatur, atau memang karena petugasnya udah capek ngatur orang-orang yang begini. Sebenarnya sih, di depan sana juga sudah ada semacam papan nomor gitu agar penontonnya bisa antri sesuai nomor yang ada di tiketnya. Tapi karena yang tadi saya bilang, budaya/kebiasaan mengantri pada zaman sekarang ini sudah mulai punah. Coba kita sebagai manusia bisa hidup seperti semut yang bisa mengatri apapun itu keadaanya? Pasti enak kan? Jadi untuk kedepannya kita harus belajar membiasakan diri mengingatkan orang lain untuk mengatri, entah itu dirumah kek, di sekolah,tempat kerja, atapun samsat DKI. Karena kalo tidak kita mulai dari diri sendiri, lalu dimulai dari diri siapa? Jadi kalo bukan kita siapa lagi? Kalo bukan sekarang, kapan lagi? Hehehe
Oke tulisan saya kali ini sampai sini aja, kalo kurang bagus yaa harap maklum karena ini kali pertama saya membuat tulisan. Kritik dan saran saya harapkan untuk hal yang lebih baik lagi. Jadi terima kasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar