Pada
makalah atau penulisan ini akan membahas materi mengenai Pengembangan
Perancangan Bisnis Informatika. Pengembangan perancangan bisnis informatika
merupakan sub-bab dari mata kuliah pengantar bisni informatika.
Pada
penulisan ini akan menjelaskan sub-pokok atau bahasan dari materi pengembagan
perancangan bisnis informatika beserta dengan
yang diantaranya: regulasi dan prosedur pendirian perusahaan, SDM dan
organisasi, aspek pemasaran, dan aspek keuangan.
Adapun
perusahaan yang yang dipilih sebagai contoh dari perancangan bisnis informatika
adalah Telkom Indonesia.
Berikut
uraian materi perancangan bisnis informatika Telkom Indonesia seperti yang
diambil dari website resminya dan beberapa sumber lain:
I. REGULASI DAN PROSEDUR PENDIRIAN
PERUSAHAAN
1.1. Mempersiapkan data dan dokumen
1.1.1.Untuk
mendirikan perusahaan, berikut adalah data-data yang perlu Anda siapkan;
1)
Opsi Nama Perusahaan (Minimal 3)
2)
Bidang Usaha
3)
Domisili Perusahaan
4)
Nama-Nama Pemegang Saham & KTP
5)
Komposisi Pemegang Saham
6)
Modal Dasar Perusahaan(Minimal
Rp51.000.000)
7)
Modal Disetor (Minimal Rp51.000.000)
8)
Susunan Direksi dan Komisaris
9)
KTP Direktur dan Komisaris
10) NPWP
Direktur
11) Fasfoto
3x4 2 lembar
1.1.2.Berikut
adalah 5 langkah utama atau proses pendirian perusahaan.
1.
Membuat
akte perusahaan
Karena
perusahaan berbadan hukum maka sangat mutlak perlu membuat akte perusahaan
Anda. Biasanya akte ini berisi informasi tentang nama perusahaan, bergerak di
bidang apa, nama para pemilik modal, modal dasar, modal disetor, pengurus
perusahaan seperti siapa direktur utama, direktur, dan para komisaris.
2.
Mendapatkan
Surat Keterangan Domisili Usaha
Ini
Anda dapatkan dari kantor kelurahan atau kantor kepala desa di mana perusahaan
Anda berdomisili. Berdasarkan surat ini, Camat mengeluarkan surat keterangan
yang sama.
Untuk
mendapatkan surat keterangan domisili, Anda memerlukan salinan akte perusahaan
Anda. Selain itu, petugas kelurahan kadang atau sering juga menanya apakah
tempat usaha disewa atau milik sendiri. Bila disewa, mereka menanya copy
perjanjian sewa menyewa. Bila milik sendiri, mereka meminta copy sertifikat
tanah dan IMB. Kadang, ada juga yang minta copy bukti bayar PBB- apakah sudah
lunas atau tidak.
Biasanya,
mengurus sk domisili dipungut biaya administrasi. Biaya administrasi ini
bervariasi dari satu kelurahan ke kelurahan lain,
3.
Mengurus
NPWP perusahaan.
Untuk
mendirikan aperusahaan, NPWP perusahaan adalah mutlak. Untuk mendapatkan NPWP,
Anda memerlukan salinan akte perusahaan dan surat keterangan domisili.
Ada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah tertentu meminta copy SK Menteri
tentang Pengesahan Akte Pendirian Perusahaan. Ada juga yang hanya meminta akte
dan sk domisili.
Biasanya
pembuatan NPWP hanya butuh 1/2 jam. Bila Anda memasukkan berkas di pagi hari ke
kantor pajak, pagi itu juga Anda bisa mendapat NPWP.
4.
Mendapatkan
Surat Keputusan Pengesahan Akte Pendirian Perusahaan dari Departemen Hukum dan
HAM.
Untuk mendapatkan ini,
diperlukan salinan akte perusahaan dan Surat Keterangan Domisili.
5.
Mengurus
SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
SIUP merupakan bagian
dari proses mendirikan PT agar perusahaan Anda bisa beroperasi. Mengurus
SIUP relatif sama di berbagai tempat.
6.
Mengurus
Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
TDP merupakan bagian
dari proses pendirian perusahaan. Biasanya ini diurus setelah Anda mendapatkan
SIUP. Pada pemda tertentu, Anda dapat mengurus SIUP dn TDP sekaligus.
Persyaratannya relatif sama untuk berbagai daerah.
i.
Berikut
adalah dokumen dan informasi yang perlu disiapkan bila Anda mau mendirikan perusahaan.
Berikut adalah dokumen-dokumen dan informasi tersebut.
- Nama Perusahaan (Anda siapkan 2 atau 3 nama perusahaan bila pilihan pertama ditolak Departemen Hukum dan Ham)
- Bidang Usaha yang Digeluti
- Nama-Nama Pemilik Modal (Minimal Dua Orang)
- Klasifikasi Usaha: Kecil (Rp51 Juta - Rp500 Juta), Menengah (Rp501 Juta - Rp10 M), Besar (Di atas 10 M)
- Persentase Kepemilikan Modal
- Nama Direktur Utama/Direktur (Pimpinan Tertinggi Perusahaan)
- Copy KTP Pemilik Modal
- Kartu Keluarga (bila Direktur Utama/Direktur adalah perempuan)
- NPWP Direktur Utama/Direktur
- Foto Direktur/Direktur Utama ukuran 3x4 2 lembar (4x6 2 lembar untuk wilayah Bogor)
- Surat Keterangan Domisili Usaha
- Copy Bukti Surat Kepemilikan Tempat Usaha dan PBB atau Bukti Sewa-Menyewa Tempat Usaha
- Nomor Telepon Perusahaan
- Denah Lokasi Tempat Usaha (Bila Perusahaan menjadi PKP (Perusahaan Kena Pajak)
Itulah beberapa dokumen
umum yang perlu Anda persiapkan sebagai syarat pendirian perusahaan sebelum
Anda mendapatkan akte perusahaan, NPWP perusahaan, SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan).
Paket
Pelayanan Pengurusan Pendirian Perusahaan
Pelayanan Pengngurusan
Pendirian Perusahan dibedakan menjadi beberapa paket seperti dijelaskan pada
tabel berikut.
Berikut adalah dokumen-dokumen
yang dibutuhkan sebagai syarat pendirian perusahaan. Beda paket beda dokumen
yang dibutuhkan, seperti yang bisa Anda lihat pada tabel di bawah ini.
II.
SDM
DAN ORGANISASI PERUSAHAAN
Tentang
Telkom Group
Telkom
Group adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan
telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Telkom Group melayani jutaan
pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap layanan telekomunikasi
yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak
bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan
internet dan komunikasi data. Telkom Group juga menyediakan berbagai layanan di
bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-based and server-based
managed services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan
portal lainnya.
2.1.1.Portofolio bisnis Telkom
Berikut penjelasan
portofolio bisnis Telkom:
1.
Telecommunication
Telekomunikasi
merupakan bagian bisnis legacy Telkom. Sebagai ikon bisnis perusahaan, Telkom
melayani sambungan telepon kabel tidak bergerak Plain Ordinary Telephone
Service (”POTS”), telepon nirkabel tidak bergerak, layanan komunikasi data,
broadband, satelit, penyewaan jaringan dan interkoneksi, serta telepon seluler
yang dilayani oleh Anak Perusahaan Telkomsel. Layanan telekomunikasi Telkom
telah menjangkau beragam segmen pasar mulai dari pelanggan individu sampai
dengan Usaha Kecil dan Menengah (“UKM”) serta korporasi.
2.
Information
Layanan
informasi merupakan model bisnis yang dikembangkan Telkom dalam ranah New
Economy Business (“NEB”). Layanan ini memiliki karakteristik sebagai layanan
terintegrasi bagi kemudahan proses kerja dan transaksi yang mencakup Value
Added Services (“VAS”) dan Managed Application/IT Outsourcing (“ITO”),
e-Payment dan IT enabler Services (“ITeS”).
3.
Media
Media
merupakan salah satu model bisnis Telkom yang dikembangkan sebagai bagian dari
NEB. Layanan media ini menawarkan Free To Air (“FTA”) dan Pay TV untuk gaya
hidup digital yang modern.
4.
Edutainment
Edutainment
menjadi salah satu layanan andalan dalam model bisnis NEB Telkom dengan
menargetkan segmen pasar anak muda. Telkom menawarkan beragam layanan di
antaranya Ring Back Tone (“RBT”), SMS Content, portal dan lain-lain.
5.
Services
Services
menjadi salah satu model bisnis Telkom yang berorientasi kepada pelanggan. Ini
sejalan dengan Customer Portfolio Telkom kepada pelanggan Personal,
Consumer/Home, SME, Enterprise, Wholesale, dan Internasional.
Sebagai
perusahaan telekomunikasi, Telkom Group terus mengupayakan inovasi di
sektor-sektor selain telekomunikasi, serta membangun sinergi di antara seluruh
produk, layanan dan solusi, dari bisnis legacy sampai New Wave Business. Untuk
meningkatkan business value, pada tahun 2012 Telkom Group mengubah portofolio
bisnisnya menjadi TIMES (Telecommunication, Information, Media Edutainment
& Service). Untuk menjalankan portofolio bisnisnya, Telkom Group memiliki
empat anak perusahaan, yakni PT. Telekomunikasi Indonesia Selular (Telkomsel),
PT. Telekomunikasi Indonesia International (Telin), PT. Telkom Metra dan PT.
Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel).
Kegiatan
Usaha
Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup bisnis kami kegiatan Perusahaan adalah
menyelenggarakan jaringan dan layanan telekomunikasi, informatika serta
optimalisasi sumber daya Perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas,
Perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang meliputi:
A. Usaha
Utama
1. Merencanakan,
membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan, memasarkan atau
menjual/menyewakan dan memelihara jaringan telekomunikasi dan informatika dalam
arti yang seluas-luasnya dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Merencanakan,
mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau menjual dan meningkatkan layanan
jasa telekomunikasi dan informatika dalam arti yang seluas-luasnya dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Struktur
Organisasi Perusahaan
Nama Direktorat
|
Fungsi dan Wewenang
|
Direktorat
NITS
|
Fokus
pada pengelolaan infrastructure strategy & governance, IT Strategy &
Governance, and Solution serta pengelolaan pendayagunaan IT dan service
operation & management, dalam rangka dukungan upaya eksploitasi bisnid
yang sudah mapan dan pengendalian operasional infrastruktur melalui Divisi
Network of Broadband Information System Center, Divisi Wireless Broadband
serta Divisi Broadband.
|
Direktorat
ISP
|
Fokus
pada pengelolaan fungsi Corporate Strategic Planning, Strategic Business
Development, Innovation Strategy & Synergy serta pengendalian operasi
unit-unit: Divisi Solution Convergence dan Innovation & Design Center.
|
Direktorat
CONS
|
Fokus
dalam pengelolaan bisnis segmen konsumer serta pengendalian operasi Divisi
Consumer Services
|
Direktorat
EBIS
|
Fokus
pada pengelolaan bisnis segmen enterprise & small medium enterprise serta
pengelolaan Divisi Enterprise Services dan Divisi Business Services.
|
Direktorat
WINS
|
Fokus
pada pengelolaan fungsi penanganan bisnis segmen wholesale dan international,
serta pengendalian operasional Divisi Wholesale Services.
|
Direktorat
HCM
|
Fokus
pada manajemen SDM Perusahaan serta penyelenggaraan operasional SDM secara
terpusat melalui unit Human Capital Center, serta pengendalian operasi unit
Telkom Corporate University Center, Assessment Center Indonesia serta
Community Development Center.
|
Direktorat
KEU
|
Fokus
pada pengelolaan keuangan perusahaan serta mengendalikan operasi keuangan
secara terpusat melalui unit Finance, Billing & Collection Center.
|
Sumber
Daya Manusia
Dalam
upaya memenangkan kompetisi global, kami secara berkesinambungan mengembangkan
profesionalisme Sumber Daya Manusia (“SDM”) melalui program sertifikasi dan
program global talent. Hal ini sebagai bentuk dalam menghadapi ASEAN Economic
Community (“AEC”) pada tahun 2015 mendatang. Kami memahami keberadaan SDM
memiliki peran dan posisi strategis dalam upaya pencapaian visi menjadi
perusahaan berstandar global. Untuk itulah kami terus mengembangkan SDM yang
ada sekaligus membangun hubungan ketenagakerjaan yang baik dengan para
karyawan.
i.
Profil
SDM
Kami
memiliki 25,011 orang karyawan per tanggal 31 Desember 2013, yang terdiri dari
17,881 karyawan Telkom dan 7,130 karyawan di entitas anak. Jumlah ini menurun
2.6% dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2012, sejalan dengan
berlanjutnya program multi exit sebagai bagian dari upaya revitalisasi
dan penigkatan efisiensi SDM Telkom sejak tahun 2002.
1.
Profil
karyawan berdasarkan posisi jabatan
2.
Profil
karyawan berdasarkan tingkat pendidikan
3.
Profil
karyawan berdasarkan usia
Pengelolaan
SDM
Kami
telah menyusun Human Capital Master Plan untuk mengoptimalkan potensi human
capital yang ada di Telkom Group. Penyusunan Human Capital Master
Plan dilakukan secara terpadu dengan merujuk pada perencanaan korporasi jangka
panjang maupun tahunan serta strategi bisnis masing-masing perusahaan yang tergabung
di Telkom Group. Penyusunan Human Capital Master Plan juga didasarkan
pada analisis penawaran dan permintaan yang akurat serta terukur, yaitu dengan
menggunakan referensi data acuan, terutama acuan rasio produktivitas pada
beberapa Perusahaan sejenis.
Strategi
pengelolaan SDM kami menekankan pada harmonisasi jumlah dan kompetensi SDM
searah dengan portofolio bisnis yang semakin fokus pada TIMES. Kami juga
berupaya meningkatkan sinergi dan efisiensi di antara Perusahaan di jajaran
Telkom Group dan terus menekankan penerapan nilai-nilai Perusahaan yang telah
ditetapkan. Upaya ini diimplementasikan dengan menyusun rencana pengalokasian
karyawan untuk lima tahun ke depan dan rencana ketenagakerjaan setiap tahun
agar dapat memberikan informasi yang lebih akurat untuk mendukung kemajuan
usaha perusahaan.
ASPEK
PEMASARAN PERUSAHAAN
A.
DISTRIBUSI DAN STRATEGI PEMASARAN
Berikut
adalah saluran distribusi pemasaran utama layanan dan produk kami:
Plasa
Telkom dan GraPARI adalah outlet/lokasi yang berfungsi
sebagai walk-in customer service points, di mana pelanggan dapat
mengakses seluruh produk dan layanan kami. GraPARI dikhususkan untuk layanan
seluler dan dikelola oleh Telkomsel Selain itu outlet seluler untuk skala kecil
dengan nama GeraiHalo dikelola oleh pihak ketiga.
Contact
Center menangani pertanyaan-pertanyaan mengenai produk,
layanan dan transaksi nasabah kecuali fungsi payment. Contact center
kami juga mengoperasikan layanan pelanggan (telecaring) dan program telemarketing.
Partnership
Store adalah perpanjangan jalur distribusi melalui kerja
sama dengan berbagai outlet pemasaran pihak ketiga seperti toko komputer, toko
elektronik, bank, dan sebagainya.
Feet
on The Street adalah dealer penjualan produk kami,
terutama Speedy, yang melakukan aktivitas pemasaran secara langsung melalui door-to-door,
open table, pameran, demo produk dan aktivitas sejenis.
i.
Dealer
Resmi dan Gerai Ritel
Dealer
resmi dan gerai ritel, merupakan outlet pendistribusian
beragam produk telekomunikasi seperti penjualan kartu Speedy Instan, kartu
langganan Flexi, paket perdana dan voucher. Dealer ini bersifat
non-eksklusif dan mendapat potongan harga atas seluruh produk yang mereka
terima. Outlet ritel juga termasuk outlet kerjasama antara kami, Telkomsel dan
PT Pos Indonesia dan juga outlet lain seperti bank.
ii.
Tim
Account Manager
Tim
Account
Manager, yang mengelola relasi dengan pelanggan personal
dan pelanggan bisnis serta pelanggan korporat.
iii. Telkom Solution House (“TSH”)
Telkom
Solution
House (“TSH”) adalah tempat dimana
pelanggan enterprise dapat memperoleh informasi mengenai beragam solusi
TIMES, layanan dan produk, serta teknologi terkini. Informasi yang disajikan di
TSH ditayangkan dalam bentuk live demo for free (seperti Speedy,
Hotspot, PDN, IP-Phone), live demo untuk kepentingan komersial (seperti video
conference), konsultasi enterprise dan solusi ecosystem business yang
di sesusaikan dengan kebutuhan TIMES korporasi, dan demo simulasi (seperti e-Payment
& VPN melalui GSM dan Flexi).
iv. SME Centere
SME
Centers
adalah fasilitas untuk pelanggan bisnis yang berfungsi sebagai communication
center dengan dukungan fasilitas perkantoran yang canggih, sebagai community
center tempat berinteraksinya pelanggan, serta sebagai commerce center
terutama untuk melayani solusi e-commerce.
v.
Website
Website
Perusahaan merupakan wadah informasi seluruh produk dan layanan kami, baik
multimedia maupun telepon, yang dapat diakses pelanggan melalui situs online
korporat di www.telkom.co.id
dan www.telkomsel.com
Aktivitas
komunikasi pemasaran yang efektif berperan penting dalam memastikan bahwa
penawaran produk mencapai segmen maupun potensi pelanggan yang ditargetkan
B.
STRATEGI PEMASARAN
Aktivitas
komunikasi pemasaran yang efektif berperan penting dalam memastikan bahwa
penawaran produk mencapai segmen maupun potensi pelanggan yang ditargetkan.
Selain melalui media pemasaran tradisional secara offline seperti
pemasangan iklan di media cetak dan elektronik maupun promosi pada acara-acara
lokal, Kami juga secara intensif mulai memanfaatkan media digital atau online
untuk memasarkan produknya melalui keberadaan komunitas digital dan membangun
popularitas jejaring sosial.
Outlet
Plasa Telkom dan GraPARI merupakan salah satu saluran distribusi utama produk
dan layanan kami. Selain sebagai saluran distribusi produk langsung, outlet
juga berfungsi untuk melaksanakan layanan purna jual bagi para pelanggan kami
serta menyebarkan informasi program, promo dan produk kepada pelanggan dan
pengguna akhir. Keberadaan jaringan Plasa Telkom dan GraPARI juga memungkinkan
kami untuk memantau dan meningkatkan layanan pelanggan, kualitas penanganan
keluhan serta indeks kepuasan pelanggan pada umumnya. Sampai dengan akhir
Desember 2013, kami mengoperasikan total sebanyak 572 outlet/lokasi Plasa
Telkom dan 86 GraPARI yang tersebar di seluruh Indonesia.
Untuk
mendistribusikan produk Telkom Flexi, Speedy Instan card (SPIN Card) dan
layanan seluler, kami juga menjalin kemitraan dengan sejumlah dealer
resmi dengan memberikan area penjualan khusus yang dapat dikelola oleh
masing-masing dealer secara eksklusif (kluster). Pada akhir tahun 2013, kami
memiliki kerja sama dengan 53 dealer resmi yang mengelola lebih dari 83 ribu
gerai ritel yang terbagi dalam 96 kluster. Kami juga memiliki kerja sama dengan
7 Mitra Retail Nasional dan 17 Mitra Perbankan Nasional.
Khusus
untuk kartuHalo, Telkomsel fokus pada segmen korporasi dan profesional dengan
tingkat pemakaian yang tinggi. Pemasaran untuk segmen ini ditangani oleh tim
korporasi khusus yang bertanggung jawab untuk membina hubungan berkelanjutan
dengan pelanggan, dengan senantiasa berusaha memberikan solusi yang tepat
sesuai kebutuhan pelanggan korporasi.
Produk
simPATI dan Kartu As dirancang untuk menarik segmen yang lebih luas
khususnya pelanggan muda. Telkomsel memanfaatkan jalur pemasaran above and
below the line, dengan melakukan kampanye ke sekolah dan komunitas
tertentu selain memasang iklan di media cetak dan elektronik, menerapkan metode
pemasaran seperti sisipan tagihan, tayangan point-of-sale serta acara
promosi dan sponsorship.
Seiring
dengan perubahan perilaku konsumen dan gaya hidup masyarakat, kami juga aktif
mengembangkan kerja sama penjualan skala nasional dengan beberapa Mitra seperti
Samsung, Intel dan lain-lain. Melalui kemitraan tersebut, kami menjual
produk-produk berbasis bundle melalui jaringan gerai penjualan milik
Mitra yang bersangkutan (Partnership Store).
Guna
mendukung kemajuan bisnis layanan broadband internet serta sebagai
strategi untuk menyebarluaskan manfaat teknologi internet kepada masyarakat
pada umumnya dan meningkatkan pengetahuan pelanggan terhadap aplikasi dan
produk broadband internet pada khususnya, kami juga mengoperasikan
fasilitas Broadband Learning Center (“BLC”). Fasilitas BLC dilengkapi
dengan ruang-ber-AC, perangkat PC, koneksi broadband internet, papan
tulis, materi pengajaran dan sekaligus pengajar atau pembicara, baik dari
internal kami maupun bekerjasama dengan institusi lain. Sasaran dari program
ini adalah kelompok masyarakat yang belum menggunakan layanan internet,
atau kelompok masyarakat yang ingin memperdalam pengetahuan internet dan
teknologi informasi (TI), seperti para siswa sekolah dan mahasiswa. Selain untuk
acara yang kami kelola, keberadaan BLC ini juga dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk berbagai acara yang terkait dengan pendidikan dan
pengembangan TI. Sampai dengan akhir 2013, kami telah memiliki 218 lokasi BLC
yang tersebar di seluruh Indonesia.
C.
Pangsa Pasar
Kontribusi
terbesar terhadap pendapatan kami adalah pendapatan seluler. Untuk informasi
pangsa pasar seluler, lihat bagian “Informasi Tambahan (bagi Pemegang Saham
ADR) – Persaingan – Seluler”.
ASPEK KEUANGAN PERUSAHAAN
a.
Pendapatan
Telkom
Tabel
berikut menunjukkan pendapatan Telkom, yang dikelompokkan sesuai dengan produk
dan jasa utama Telkom selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2011. Setiap item dinyatakan dalam persentase dari jumlah pendapatan:
i.
Pendapatan
Telepon Seluler
Pendapatan
telepon seluler selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
adalah sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam persentase
dari jumlah pendapatan:
ii.
Pendapatan
Telepon Tidak Bergerak
Pendapatan
telepon tidak bergerak selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2011 adalah sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam
persentase dari jumlah pendapatan:
iii. Pendapatan Data, Internet dan Jasa
Teknologi Informatika
Pendapatan
data, internet, dan jasa teknologi informatika selama tiga tahun dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut, dengan setiap item
dinyatakan dalam persentase dari jumlah pendapatan:
iv. Pendapatan Interkoneksi
Pendapatan
interkoneksi selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 adalah
sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam persentase dari
jumlah pendapatan:
v.
Pendapatan
Jaringan
Pendapatan
jaringan selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 adalah
sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam persentase dari
jumlah pendapatan:
vi. Pendapatan Jasa Telekomunikasi
Lainnya
Pendapatan
jasa telekomunikasi lainnya selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011 adalah sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam
persentase dari jumlah pendapatan:
b.
Beban
Telkom
Tabel
berikut menampilkan beban Telkom selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan
dalam persentase dari jumlah beban:
i.
Beban
Operasi, Pemeliharaan, dan Jasa Telekomunikasi
Beban
operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi selama tiga tahun dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut, dengan setiap item
dinyatakan dalam persentase dari jumlah beban:
ii.
Beban
Penyusutan dan Amortisasi
Beban
penyusutan dan amortisasi selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2011 adalah sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam
persentase dari jumlah beban:
iii. Beban Karyawan
Beban
karyawan selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 adalah
sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam persentase dari
jumlah beban:
iv. Beban Interkoneksi
Beban
interkoneksi selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 adalah
sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam persentase dari
jumlah beban:
v.
Beban
Pemasaran
Beban
pemasaran selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 adalah
sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam persentase dari
jumlah beban:
vi. Beban Umum dan Administrasi
Beban
umum dan administrasi selama tiga tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2011 adalah sebagai berikut, dengan setiap item dinyatakan dalam
persentase dari jumlah beban:
c.
Tinjauan
Keuangan
Tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
i.
Pendapatan
Jumlah
pendapatan meningkat sebesar Rp2.624 miliar, atau 3,8%, dari Rp68.629 miliar
pada tahun 2010 menjadi Rp71.253 miliar pada tahun 2011. Peningkatan pendapatan
di tahun 2011 terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan data, internet
dan jasa teknologi informatika, jaringan dan jasa telekomunikasi lainnya yang
diimbangi dengan penurunan pendapatan telepon tidak bergerak, pendapatan
telepon seluler dan interkoneksi. Pendapatan telepon seluler, yang merupakan
komponen terbesar dari pendapatan Kami, menunjukkan sedikit penurunan sebesar
Rp536 miliar, atau 1,8% di tahun 2011.
1.
Pendapatan
Telepon
Pendapatan
Telepon Seluler
Pendapatan
telepon seluler menurun sebesar Rp536 miliar, atau 1,8%, dari Rp29.134 miliar
pada tahun 2010 menjadi Rp28.598 miliar pada tahun 2011 terutama disebabkan
oleh penurunan pendapatan pemakaian, yang diimbangi dengan peningkatan
pendapatan fitur.
Pendapatan
pemakaian menurun sebesar Rp835 miliar, atau 3,0% dari Rp28.024 miliar di tahun
2010 menjadi Rp27.189 miliar di tahun 2011 disebabkan oleh penurunan pemakaian
lokal. Penurunan pada pemakaian diimbangi dengan peningkatan pada pendapatan
fitur sebesar Rp256 miliar, atau 44,0%, dari Rp582 miliar di tahun 2010 menjadi
Rp838 miliar di tahun 2011.
2.
Pendapatan
Sambungan Telepon Tidak Bergerak
Pendapatan
sambungan telepon tidak bergerak menurun sebesar Rp1.321 miliar, atau 10,2%,
dari Rp12.940 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp11.619 miliar pada tahun 2011.
Penurunan pendapatan sambungan telepon tidak bergerak terutama disebabkan oleh
penurunan pada pendapatan pemakaian sebesar Rp1.074 miliar, atau 11,6%, dari
Rp9.287 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp8.213 miliar pada tahun 2011
disebabkan oleh penurunan pemakaian lokal dan SLJJ. Kemudian, pendapatan
abonemen bulanan juga menurun sebesar Rp247 miliar, atau 7,6% di tahun 2011.
Penurunan pendapatan sambungan telepon tidak bergerak ini disebabkan oleh
penurunan penggunaan layanan telepon tidak bergerak karena adanya teknologi
baru.
3.
Pendapatan
Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika
Pendapatan
data, internet dan jasa teknologi informatika meningkat sebesar Rp4.123 miliar,
atau 20,8%, dari Rp19.801 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp23.924 miliar pada
tahun 2011. Peningkatan pendapatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan
pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika sebesar Rp2.251
miliar, atau 27,1%, dari Rp8.297 miliar di tahun 2010 menjadi Rp10.548 miliar
di tahun 2011. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh peningkatan pelanggan
Speedy sebesar 23,4%, dari 1,6 juta pelanggan di tahun 2010 menjadi 1,8 juta pelanggan
di tahun 2011, dan peningkatan pelanggan Flash sebesar 44,7%, dari 3,8 juta
pelanggan di tahun 2010 menjadi 5,5 juta pelanggan di tahun 2011. Peningkatan
ini juga disebabkan oleh peningkatan volume data yang melalui jaringan VPN
sebesar 18,4%, dari 24.237 Mbps menjadi 28.702 mbps, dan peningkatan volume
data yang melalui Metro ethernet sebesar 131,0%, dari 60.924 Mbps menjadi
140.733 Mbps. Keduanya berkontribusi pada peningkatan pendapatan.
Pendapatan
SMS juga berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan sebesar Rp1.804 miliar
atau 16,0% dari Rp11.289 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp13.093 miliar pada
tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan volume SMS sebesar
13,4% dari 199,6 miliar SMS di tahun 2010 menjadi 226,4 miliar SMS di tahun
2011.
4.
Pendapatan
Interkoneksi
Pendapatan
interkoneksi menurun sebesar Rp226 miliar, atau 6,1% dari Rp3.735 miliar pada
tahun 2010 menjadi Rp3.509 miliar pada tahun 2011. Pendapatan interkoneksi
internasional menurun sebesar Rp123 miliar, atau 7,9%, dari Rp1.561 miliar di
tahun 2010 menjadi Rp1.438 miliar di tahun 2011. Pendapatan interkoneksi
domestik dan transit menurun sebesar Rp103 miliar, atau 4,7%, dari Rp2.174
miliar di tahun 2010 menjadi Rp2.071 miliar di tahun 2011. Penurunan pendapatan
interkoneksi sebagian disebabkan oleh penurunan pendapatan interkoneksi seluler
sebesar Rp113 miliar, atau 6,0%, yang disebabkan oleh promosi dari industri
seluler dengan mengurangi tarif panggilan antar sesama pelanggan dalam satu
penyedia jaringan. Selain itu, pemerintah menetapkan tarif interkoneksi yang
lebih rendah di tahun 2011 dibandingkan dengan tarif di tahun 2010. Penurunan
pendapatan interkoneksi juga disebabkan oleh peningkatan substantial pada
penggunaan VoIP untuk melakukan panggilan, termasuk melalui telepon seluler
dengan menggunakan aplikasi seluler VoIP.
Pendapatan
interkoneksi terdiri dari pendapatan interkoneksi dari sambungan telepon tidak
bergerak dan pendapatan interkoneksi dari jaringan seluler Telkomsel.
Pendapatan interkoneksi termasuk sambungan langsung incoming dari layanan SLI
(TIC-007).
Jumlah
pendapatan interkoneksi berkontribusi sebesar 4,9% dari pendapatan
konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
dibandingkan dengan 5,4% untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2010.
5.
Pendapatan
Jaringan
Pendapatan
jaringan meningkat sebesar Rp243 miliar, atau 23,0%, dari Rp1.058 miliar di
tahun 2010 menjadi Rp1.301 miliar pada tahun 2011 terutama disebabkan oleh
peningkatan substansial pada pendapatan sewa sirkit sebesar Rp224 miliar, atau
32,6%, dari Rp687 miliar di tahun 2010 menjadi Rp911 miliar di tahun 2011.
Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kapasitas sewa sirkit dari 40.451
E1 di tahun 2010 menjadi 118.357 E1 di tahun 2011 sejalan dengan peningkatan
permintaan akibat pertumbuhan ekonomi yang diimbangi dengan penurunan tarif
sewa sirkit.
Pendapatan
sewa transponder satelit meningkat sebesar Rp19 miliar, atau 5,1%, dari Rp371
miliar di tahun 2010 menjadi Rp390 miliar di tahun 2011 yang disebabkan oleh peningkatan
kapasitas sewa yang mengikuti peningkatan permintaan.
6.
Pendapatan
Jasa Telekomunikasi Lainnya
Pada
tahun 2011, pendapatan Telkom dari jasa telekomunikasi lainnya meningkat
sebesar Rp341 miliar, atau 17,4%, dari Rp1.961 miliar pada tahun 2010 menjadi
Rp2.302 miliar pada tahun 2011. Peningkatan pendapatan ini terutama berasal
dari peningkatan pendapatan TV berbayar sebesar Rp100 miliar, atau 62,9%, dari
Rp159 miliar di tahun 2010 menjadi Rp259 miliar pada tahun 2011; peningkatan
kompensasi KPU sebesar Rp88 miliar, atau 25,7% dari Rp342 miliar di tahun 2010
menjadi Rp430 miliar di tahun 2011 serta pendapatan lain-lain sebesar Rp245
miliar, atau 209,4% dari Rp 117 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp362 miliar
pada tahun 2011.
Pendapatan
TV berbayar meningkat disebabkan oleh peningkatan substansial pada pelanggan
TelkomVision sebesar 369,7% dari 212,9 ribu pelanggan di tahun 2010 menjadi 1
juta pelanggan di tahun 2011 akibat promosi yang intensif dan penurunan tarif.
Pendapatan dari kompensasi KPU meningkat disebabkan oleh pendapatan dari proyek
KPU di tahun 2011 untuk membangun layanan pusat internet di berbagai ibu kota
provinsi. Pendapatan lain-lain meningkat disebabkan oleh pendapatan dari bisnis
direktori telepon menjadi Rp349 miliar pada tahun 2011.
ii.
Beban
Jumlah
beban meningkat sebesar Rp3.716 miliar, atau 8,0% dari Rp46.254 miliar pada
tahun 2010 menjadi Rp49.970 miliar pada tahun 2011. Peningkatan jumlah beban
terutama disebabkan oleh meningkatnya beban karyawan, beban pemasaran serta
beban interkoneksi. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1.
Beban
Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi
Beban
operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp326 miliar,
atau 2,0%, dari Rp16.046 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp16.372 miliar pada
tahun 2011. Peningkatan beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi
terutama disebabkan oleh peningkatan pada beban pemeliharaan menara, gedung
perkantoran dan BTS sebesar Rp355 miliar, atau 4,0%, disebabkan oleh
meningkatnya beban yang terkait dengan peningkatan kapasitas stasiun penerima
dan transmisi serta layanan broadband.
Peningkatan
beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi juga disebabkan oleh
hal-hal lain berikut:
·
Beban sewa sirkit dan CPE meningkat
sebesar Rp191 miliar, atau 88,8%, dari Rp215 miliar di tahun 2010 menjadi Rp406
miliar di tahun 2011;
·
Beban hak penyelenggaraan dan KPU
meningkat sebesar Rp58 miliar, atau 4,9%, dari Rp1.177 miliar di tahun 2010
menjadi Rp1.235 miliar di tahun 2011. Peningkatan beban ini mengikuti
peningkatan jumlah pendapatan sebesar 3,8%; dan
·
Beban asuransi meningkat sebesar Rp47
miliar, atau 12,2%, dari Rp384 miliar di tahun 2010 menjadi Rp431 miliar di
tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh beban asuransi atas kerusakan kabel
bawah laut terkait bencana tsunami di Sumatera Barat dan gempa di Sumbawa pada
tahun 2010.
Peningkatan
di atas dimbangi oleh hal-hal berikut:
·
Beban pokok penjualan telepon, set top
box, kartu SIM dan RUIM menurun sebesar Rp188 miliar, atau 17,6%, dari Rp1.067
miliar di tahun 2010 menjadi Rp879 miliar di tahun 2011. Penurunan ini
disebabkan oleh kemasan yang lebih murah untuk kartu SIM dan RUIM;
·
Beban pokok jasa teknologi informatika
menurun sebesar Rp56 miliar, atau 28,0%, dari Rp200 miliar di tahun 2010 menjadi
Rp144 miliar di tahun 2011. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya jumlah
lisensi software akibat berakhirnya beberapa lisensi software dan penunjukan
Sigma sebagai penyedia software serta menurunnya beban pemeliharaan software;
dan
·
Beban pemakaian frekuensi radio menurun
sebesar Rp46 miliar, atau 1,6%, dari Rp2.892 miliar di tahun 2010 menjadi
Rp2.846 miliar di tahun 2011, disebabkan oleh peraturan baru yang dikeluarkan
pada tanggal 13 Desember 2010, dimana biaya hak pakai BTS yang dibayarkan kepada
pemerintah tidak lagi dihitung berdasarkan jumlah BTS yang dipakai, namun
dihitung berdasarkan bandwidth yang digunakan.
2.
Beban
Penyusutan dan Amortisasi
Beban
penyusutan dan amortisasi meningkat sebesar Rp251 miliar, atau 1,7%, dari
Rp14.612 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp14.863 miliar pada tahun 2011 yang
terutama disebabkan oleh meningkatnya beban penyusutan sebesar Rp616 miliar,
atau 4,7%, dari Rp13.085 miliar di tahun 2010 menjadi Rp13.701 miliar di tahun
2011, disebabkan oleh beban penyusutan fasilitas pendukung, BTS dan peralatan
switching diimbangi dengan penurunan beban penyusutan untuk jaringan kabel,
peralatan pemrosesan data serta sewa pembiayaan.
Terdapat
penurunan beban amortisasi sebesar Rp928 miliar, atau 60,7% terutama karena
aset tak berwujud terkait dengan KSO telah diamortisasi sepenuhnya pada tanggal
31 Desember 2010, sesuai dengan berakhirnya KSO pada tanggal tersebut. Pada
tahun 2011, aset tak berwujud tersebut telah dihapusbukukan.
Setelah
mempertimbangkan persaingan yang meningkat dalam pasar layanan telepon nirkabel
tidak bergerak yang berdampak pada tarif rata-rata yang lebih rendah,
menurunnya jumlah pelanggan aktif, dan menurunnya rata-rata pendapatan per
pelanggan (“Average Revenue Per User” atau “ARPU”), kami melakukan pengujian
penurunan nilai untuk unit penghasil kas layanan telepon nirkabel tidak
bergerak. Lihat Bab 3 “Faktor-faktor Risiko – Layanan telepon nirkabel tidak
bergerak kami mengalami persaingan ketat”. Jumlah tercatat aset terkait layanan
telepon nirkabel tidak bergerak yang mengalami penurunan nilai diturunkan
hingga sebesar jumlah terpulihkan, yang ditentukan berdasarkan perhitungan
estimasi nilai pakai. Dalam menentukan nilai pakai, Perusahaan dan entitas anak
menggunakan pertimbangan manajemen dalam menentukan proyeksi kinerja
operasional masa depan, dan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan tingkat
diskonto.
Pertimbangan-pertimbangan
tersebut diterapkan berdasarkan pemahaman kami atas informasi historis dan
ekspektasi atas kinerja operasional masa depan. Proyeksi arus kas mencerminkan
ekspektasi manajemen terhadap pendapatan, pertumbuhan laba sebelum bunga,
pajak, penyusutan, dan amortisasi (“Earnings Before Interest, Tax,
Depreciation, and Amortisation” atau “EBITDA”), dan arus kas operasi atas dasar
unit penghasil kas layanan telepon nirkabel tidak bergerak menghasilkan surplus
arus kas bersih sejak tahun 2013 dan pengembalian tingkat profitabilitas di
tahun 2016. Proyeksi arus kas manajemen juga mempertimbangkan ekspektasi wajar
manajemen terhadap perkembangan kondisi ekonomi makro dan ekspektasi pasar
terhadap industri telekomunikasi di Indonesia. Proyeksi tersebut mengasumsikan
bahwa manajemen akan menerima lisensi dan menyelenggarakan jasa layanan telepon
nirkabel bergerak secara efektif yang akan mengeliminasi keterbatasan pada jasa
yang diselenggarakan sekarang dimana hanya dapat digunakan oleh pelanggan dalam
kode area tertentu. Manajemen menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak
sebesar 11,4%, yang berasal dari perhitungan rata-rata tertimbang biaya modal
Perusahaan setelah pajak dan diperbandingkan dengan data eksternal yang
tersedia. Tingkat pertumbuhan perpetuitas yang digunakan adalah 0% dengan
asumsi jumlah pelanggan akan terus meningkat setelah lima tahun, rata-rata
pendapatan per pelanggan akan menurun sehingga hanya tingkat pertumbuhan jangka
panjang yang dapat diabaikan akan dicapai dalam pasar yang kompetitif.
Perusahaan
menentukan kelompok aset dalam unit penghasil kas layanan telepon nirkabel
tidak bergerak mengalami penurunan nilai pada 31 Desember 2011, yang
menyebabkan rugi penurunan nilai sebesar Rp 563 miliar (2010: nihil) diakui
dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sebagai bagian dari
“Penyusutan dan amortisasi”. Perubahan asumsi penting, termasuk asumsi tingkat
diskonto atau tingkat pertumbuhan dalam proyeksi arus kas, dapat mempengaruhi
secara material perhitungan nilai pakai. Kenaikan sebesar 1% pada tingkat
diskonto yang digunakan akan menambah rugi penurunan nilai menjadi Rp 907
miliar. Namun jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas layanan telepon
nirkabel tidak bergerak sangat dipengaruhi oleh keberhasilan manajemen dalam
melaksanakan rencananya, termasuk rencana untuk menyelenggarakan jasa layanan
telepon nirkabel bergerak, yang diharapkan akan menghasilkan surplus arus kas
dan tingkat profitabilitas sesuai proyeksi. Apabila kinerja dari unit penghasil
kas layanan telepon nirkabel tidak bergerak terus mengalami penurunan atau
rencana-rencana manajemen tidak terlaksana seperti yang diharapkan dalam
periode keuangan selanjutnya, analisa harus dilakukan untuk menentukan apakah
terdapat tambahan penurunan nilai di tahun yang akan datang.
3.
Beban
Karyawan
Beban
karyawan meningkat sebesar Rp1.223 miliar, atau 16,7%, dari Rp7.332 miliar pada
tahun 2010 menjadi Rp8.555 miliar pada tahun 2011. Peningkatan beban karyawan
ini sebagian disebabkan oleh kenaikan beban gaji dan tunjangan sebesar Rp250
miliar, atau 9,1%, dari Rp2.751 miliar di tahun 2010 menjadi Rp3.001 miliar di
tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan gaji dasar tahunan sebesar
8,0% untuk mengimbangi inflasi.
Selain
itu, kenaikan juga disebabkan oleh adanya beban program pensiun dini sebesar
Rp517 miliar di tahun 2011 dan tidak adanya program pensiun dini yang
ditawarkan di 2010. Beban cuti, insentif dan tunjangan lainnya juga memberikan
kontribusi kenaikan sebesar Rp240 miliar, atau 9,3%, dari Rp2.574 miliar di
tahun 2010 menjadi Rp2.814 miliar di tahun 2011, terutama disebabkan oleh
kenaikan insentif.
Beban
pajak penghasilan karyawan juga meningkat sebesar Rp247 miliar, atau 31,0%,
dari Rp796 miliar di tahun 2010 menjadi Rp1.043 miliar di tahun 2011.
Peningkatan ini mengikuti peningkatan beban gaji dan tunjangan.
4.
Beban
Interkoneksi
Beban
interkoneksi meningkat sebesar Rp469 miliar, atau 15,2%, dari Rp3.086 miliar
pada tahun 2010 menjadi Rp3.555 miliar pada tahun 2011. Beban interkoneksi
meningkat terutama disebabkan peningkatan beban interkoneksi domestik seluler
dan transit (beban interkoneksi untuk panggilan antara sesama pelanggan
Telkomsel yang diarahkan melalui jaringan operator lain), sebesar Rp434 miliar,
atau 21,9% sejalan dengan peningkatan pada jumlah pelanggan Telkomsel di 2011
sebesar 13,8%.
Beban
interkoneksi mencapai 7,1% dari jumlah beban konsolidasian untuk tahun 2011
dibandingkan dengan 6,7% untuk tahun 2010.
5.
Beban
Pemasaran
Beban
pemasaran meningkat sebesar Rp753 miliar, atau 29,8%, dari Rp2.525 miliar pada
tahun 2010 menjadi Rp3.278 miliar pada tahun 2011, terutama disebabkan oleh
peningkatan beban iklan dan promosi sebesar Rp749 miliar, atau 37,6%.
Peningkatan beban iklan dan promosi ini disebabkan oleh perubahan skema
insentif dealer di Telkomsel.
6.
Beban
Umum dan Administrasi
Beban
umum dan administrasi meningkat sebesar Rp398 miliar, atau 15,7%, dari Rp2.537
miliar pada tahun 2010 menjadi Rp2.935 miliar pada tahun 2011, sebagian
disebabkan oleh peningkatan substansial beban penyisihan piutang ragu-ragu dan
persediaan usang sebesar Rp358 miliar, atau 68,2%, dari Rp525 miliar di tahun
2010 menjadi Rp883 miliar di tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan perubahan
perhitungan piutang ragu-ragu berdasarkan umur piutang menjadi tingkat
kolektibilitas.
Selain
itu, beban sumbangan sosial meningkat sebesar Rp119 miliar, atau 69,6%, dari
Rp171 miliar di tahun 2010 menjadi Rp290 miliar di tahun 2011. Peningkatan ini
disebabkan oleh ketetapan pemegang saham untuk meningkatkan jumlah dana yang
dialokasikan untuk tanggung jawab sosial perusahaan dari 1,0% jumlah laba
komprehensif di tahun 2010 menjadi 2,0% jumlah laba komprehensif di tahun 2011.
Dana ini dialokasikan secara merata untuk pembangunan komunitas dan program
kemitraan.
Beban
jasa profesional meningkat sebesar Rp72 miliar, atau 44,2%, dari Rp163 miliar
pada tahun 2010 menjadi Rp235 miliar pada tahun 2011.
Peningkatan
beban jasa profesional, sumbangan sosial serta beban penyisihan piutang
ragu-ragu dan persediaan usang diimbangi oleh penurunan substansial beban
keamanan dan screening sebesar Rp118 miliar, atau 54,9%, dari Rp215 miliar di
tahun 2010 menjadi Rp97 miliar di tahun 2011. Penurunan ini disebabkan oleh
kebijakan Telkom untuk melakukan penurunan jumlah tenaga kerja keamanan dan
menggunakan tenaga kerja keamanan dari Anak Perusahaan, bukan dari pihak
ketiga.
Selain
itu beban penagihan menurun sebesar Rp74 miliar, atau 18,5%, dari Rp401 miliar
di tahun 2010 menjadi Rp327 miliar di tahun 2011.
7.
(Laba)
Rugi Selisih Kurs - bersih
(Laba)
rugi selisih kurs bersih menurun sebesar Rp253 miliar, atau 588,4% dari laba
selisih kurs sebesar Rp43 miliar pada tahun 2010 menjadi rugi selisih kurs
sebesar Rp210 miliar pada tahun 2011. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
apresiasi mata uang Yen dan Dolar AS sebesar 5,6% dan 0,7% di tahun 2011 yang
berakibat pada peningkatan biaya hutang dalam denominasi Yen dan Dolar AS.
iii. Laba dan Marjin Laba
Sebagai
hasil dari hal-hal yang dijelaskan sebelumnya, laba menurun sebesar Rp975
miliar, atau 4,3%, dari Rp22.923 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp21.948 miliar
pada tahun 2011. Sementara itu, pendapatan meningkat sebesar Rp2.624 miliar
atau 3,8%. Marjin laba menurun dari 33,1% pada tahun 2010 menjadi 30,5% pada
tahun 2011.
iv. Laba Sebelum Pajak dan Marjin Laba
Sebelum Pajak
Sebagai
hasil dari hal-hal yang dijelaskan sebelumnya, laba sebelum pajak menurun
sebesar Rp559 miliar, atau 2,6% dari Rp21.416 miliar pada tahun 2010 menjadi
Rp20.857 miliar pada tahun 2011. Marjin laba sebelum pajak menurun dari 31,0%
pada tahun 2010 menjadi 29,0% pada tahun 2011.
v.
Beban
Pajak Penghasilan
Beban
pajak penghasilan menurun sebesar Rp159 miliar, atau 2,9%, dari Rp5.546 miliar
pada tahun 2010 menjadi Rp5.387 miliar pada tahun 2011, mengikuti penurunan
laba sebelum pajak sebesar 2,9%.
vi. Laba Tahun Berjalan yang dapat
Diatribusikan kepada Kepentingan Non Pengendali
Laba
tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali
meningkat sebesar Rp172 miliar, atau 4,0%, dari Rp4.333 miliar pada tahun 2010
menjadi Rp4.505 miliar pada 2011.
vii. Laba Tahun Berjalan yang dapat
Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk
Laba
tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menurun
sebesar Rp572 miliar, atau 5,0%, dari Rp11.537 miliar pada tahun 2010 menjadi
Rp10.965 miliar pada tahun 2011.
viii. Ekuitas
Jumlah
ekuitas meningkat sebesar Rp4.566 miliar, atau 8,1%, dari Rp56.415 miliar pada
tahun 2010 menjadi Rp60.981 miliar pada tahun 2011. Peningkatan jumlah ekuitas
terutama disebabkan oleh jumlah laba komprehensif tahun berjalan sebesar
Rp15.481 miliar pada tahun 2011, diimbangi dengan dividen tunai sebesar Rp8.849
miliar dan pembelian modal saham yang diperoleh kembali sebesar Rp2.059 miliar.
Sebagai hasilnya, laba ditahan mengalami peningkatan sebesar Rp5.146 miliar,
atau 19,4% dari Rp41.908 miliar pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp47.054
miliar pada tanggal 31 Desember 2011.
Laba
bersih per saham menurun sebesar Rp27 atau 4,6% dari Rp587 di tahun 2010
menjadi Rp560 di tahun 2011.
Sumber
:
http://www.putra-putri-indonesia.com/mendirikan-perusahaan.html
http://www.putra-putri-indonesia.com/syarat-pendirian-perusahaan.html
http://www.telkom.co.id/tentang-telkom
http://www.telkom.co.id/tentang-telkom/struktur-perusahaan
http://www.telkom.co.id/struktur-organisasi-perusahaan.html
http://www.telkom.co.id/UHI/CDInteraktif2013/ID/0035_distribusi.html
http://meisnanda.blogspot.co.id/2015/01/tugas-3-softskill-pengembangan-rencana.html
http://www.telkom.co.id/UHI/UHI2011/ID/0702_pendapatan.html
http://www.telkom.co.id/UHI/UHI2011/ID/0703_beban.html
http://www.telkom.co.id/UHI/UHI2011/ID/0704_keuangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar